Jumat, 06 Desember 2024

Review Buku: Digital Public Relations oleh Dudi Rustandi

Review Buku: Digital Public Relations oleh Dudi Rustandi

Holla everyone! Welcome back to my blog! Salah satu prinsip hidup yang mesti kita punya adalah jangan pernah berhenti untuk belajar. Seperti dalam sebuah kutipan “Never stop learning, because life never stop teaching”. Setuju? Di era serba digital seperti sekarang kita dituntut untuk mampu mengikuti perkembangan teknologi. Salah satu kelebihannya, komunikasi pun jadi semakin mudah, ga cuma lewat media massa konvensional aja, tapi sekarang udah merambah ke jejaring media sosial yang jangkauannya bisa lebih luas. Maka dari itu, sebagai seorang blogger (yang bisa dibilang masih pemula) aku perlu belajar terus untuk meng-upgrade ilmu dan juga skill dalam menulis blog. Sepertinya buku ini adalah jawabannya!

 

Identitas Buku

Judul: Digital Public Relations

Penulis: Dudi Rustandi

Penerbit: Simbiosa Rekatama Media

Jumlah Halaman: 244 halaman

Tahun Terbit: 2024

ISBN: 978-623-6625-85-9

 

Review Buku: Digital Public Relations oleh Dudi Rustandi

Kalo diliat dari daftar isinya, buku ini udah cukup lengkap membahas seputar dunia digital public realtion. Diawali dengan pengenalan komunikasi digital ke PR 1.0 hingga PR 5.0, konsep dasar, elemen digital public relation, media sosial untuk public realtion, corporate blogging, konsep dan teknik SEO (Search Engine Optimization), strategi buzzing hingga digital branding.

Seperti yang dikutip dari buku ini (halaman 16), “Bagi Rhenald Kasali, public relations (PR) ibarat kepribadian. Kepribadian seseorang erat kaitannya dengan cara-cara berkomunikasi. Komunikasi yang buruk akan menghasilkan kepribadian yang buruk. Kepribadian menjadi modal penting bagi PR. PR adalah suatu pendekatan yang sangat strategis menggunakan konsep-konsep komunikasi (Kasali, 2005)”.

Menurut “Onggo (2008), seorang konsultan pemasaran dan PR daring, memberikan definisi sederhana terhadap PR digital, yaitu PR yang menggunakan internet sebagai sarana publisitasnya” (halaman 20).

Aku sendiri sangat setuju sih dengan statement diatas, bahwa menjadi seorang blogger juga memang sangat perlu memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, mau itu dalam menulis artikel maupun berkomunikasi dengan klien juga sesama blogger. Bisa dibilang ini sama halnya dengan personal branding.

“Pengaruh besar bukan hanya datang dari media arus utama, melainkan juga dari para penulis personal dengan gaya bahasa sendiri yang disebut bloggers. Mereka juga kerap mengistilahkan pekerjaannya sebagai influencer (pemengaruh)” (halaman 21).


Yaps! Di zaman sekarang udah banyak banget bermunculan para content creator, baik itu di platform Instagram, TikTok, YouTube hingga Bloggers. Keberadaan para content creator ini memang memiliki pengaruh yang besar dalam dunia publikasi, mereka biasanya meng-upload konten yang memang sudah menjadi passion mereka seperti beauty atau kecantikan, lifestyle atau gaya hidup, traveling hingga hiburan.

Namun sayangnya, terkadang ada beberapa content creator ‘nakal’ yang dengan mudahnya membagikan konten hoax, nyeleneh atau yang ga sesuai dengan kenyataan atau fakta yang ada, kalo kata anak zaman sekarang sih sering disebutnya konten ‘sampah’. Dan lebih disayangkannya lagi biasanya konten-konten seperti ini malah lebih cepat viral ketimbang konten-konten edukasi yang memang bermanfaat. Sedih banget ga sih huhu.

Tentunya hal ini dikembalikan lagi kepada penonton, terutama pada prinsip diri content creator-nya masing-masing, apakah ingin membuat konten yang bermanfaat untuk jangka panjang atau konten hoax yang nantinya bakalan jadi boomerang bagi dirinya di masa mendatang? Kalo aku sendiri sih, sebelum menulis artikel atau membuat konten (video atau foto) selalu aku pastikan apa yang aku tulis sesuai dengan fakta, karena apapun itu biasanya aku selalu cross-check kebenarannya. Hal ini merupakan integritasku sebagai blogger, karena niat awal aku terjun ke dunia blogger atau content creator itu untuk membantu, menginformasikan juga menginspirasi para pembaca atau followers-ku. Karena bagiku kepercayaan dan tanggung jawab itu nomor satu!

Baik public relation (PR) dan blogger, keduanya memiliki tugas yang sama, diantaranya seperti membantu mempertahankan hubungan antara public dan manajemen perusahaan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial serta kepemimpinan bermoral, menyediakan informasi melalui sistem informasi publik sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman publik terhadap aktivitas organisasi, membantu masyarakat dengan menjadi perantara konflik dan membangun konsensus yang dibutuhkan untuk mendukung terciptanya ketertiban sosial (Nova, 2012: 28) (halaman 34).

Review Buku: Digital Public Relations oleh Dudi Rustandi

 

Kesimpulan

Apakah di zaman sekarang blogger masih bisa eksis? Jawabannya udah pasti “ya”, menjadi seorang blogger pun kita harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Selain memiliki blog, para blogger juga membagikan konten-kontennya melalui media sosial. Blog ini lebih bersifat personal dan autentik, juga komunikasinya berjalan dua arah. Makanya aku yakin deh, ga banyak dari kalian pasti masih mengandalkan searching dari Google untuk mencari tau sebuah informasi kan? Itulah alasannya keberadaan para blogger ini tentu masih sangat penting dan eksis sampai kapan pun.

Menurutku, di buku ini udah cukup lengkap membahas seputar dunia digital public relation. Jadi, sangat cocok buat kalian yang mau mengenal dan belajar seputar dunia digital public relation. Aku sendiri pun merasa lebih ‘tercerahkan’ setelah membaca buku ini loh hihi, ternyata masih ada banyak hal yang perlu aku pelajari untuk bisa lebih mengoptimalkan blog aku ini.

 

 

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar